Minggu, 29 Juli 2012

Langgar Sapit

Minggu 17 juni 2012, kabarlotim gerilya ke tempat berbeda, kali ini admin mengunjungi bekas masjid Wetu Telu yg berada di Lombok Timur, tepatnya di montong kemong, sapit, suela Lombok timur. dulunya bekas masjid wetu telu, sekarang namanya diubah menjadi Langgar Sapit. Bangunan khas sasak ini berdiri ditengah-tengah pemukiman warga. Bangunan zaman dahulu yang tergolong semi megah ini masih terjaga kelestariannya oleh masyarakat, hanya saja ritual adat yang sudah mulai berkurang. 

Sebagaimana kita ketahui masjid wetu telu yg berdiri megah cuma ada di Bayan, Lombok Utara dan juga kita masih minim pengetahuan mengenai dimana letak masjid wetu telu yang masih berdiri di Lombok. Nah inilah yang menjadi alasan admin mengunjungi Langgar Sapit ini, yang sebelumnya mendapat cerita dari seorang warga disana. Mungkin tidak banyak yang tahu tentang keberadaan Langgar Sapit ini, terutama orang-orang diluar desa Sapit, dan yang seperti pengetahuan admin bangunan ini belum tercium oleh media.
Bentuk dan karakteristik Langgar Sapit ini persis seperti rumah adat sasak pada umumnya, hanya saja disematkan sebagai tempat suci oleh warga setempat sampai sekarang. 

Langgar sapit ini dijaga oleh pemangku adat setempat, yang kebetulan kami tidak bisa menemui beliau untuk diajak berbincang-bincang tentang masa lalu dan sejarah Langgar sapit ini, impasnya admin juga tidak bisa masuk ke langgar sapit ini karena memang untuk hari-hari biasa bangunan ini ditutup untuk umum, kecuali ada izin dari pemangku. Admin hanya menemui mantan kadus yang pernah memerintah di dusun montong kemong ini, bernama bapak suadi.

Bapak suadi menceritakan sedikit sejarah dan penggunaan Langgar sapit saat ini. Beliau menceritakan bahwa langgarsapit ini memang benar dahulunya adalah sebuah masjid wetu telu, yang dimana aliran islam wetu telu ini adalah islam yang pertama kali dianut oleh masyarakat sasak pada zaman dahulu kala. Pada saat ini langgar sapit ini sudah banyak beralih fungsi yang sebagaimana disebutkan oleh bapak suadi, sebagai berikut: 

1.       Penggunaan langgar sapit ini hanya berlaku dihari-hari besar islam, seperti Maulid nabi Muhammad saw. Di waktu fajar, masyarakat berbondong-bondong membawa Sesajen/pesajen berupa ancak (wadah makanan yang terbuat dari bamboo dengan ukuran yang besar) berisi nasi dan lauk pauk untuk disematkan dan didoakan dulu di dalam langgar sapit ini, setelah itu baru makanan-makanan yg sudah diberi mantra dan doa tersebut dibawa ke masjid kampong dan dibagikan kepada masyarakat. 

2.       Acara ngayu-ayu, penggunaan langgar sapit ini juga pada saat acara ngayu-ayu atau acara sejenis ritual meminta hujan yang diiringi dengan music tradisional sasak Gamelan/gendang beleq. 

3.       Meminta doa untuk kesuksesan dalam bertani  

4.       Ritual adat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, di dalam langgar sapit, terdapat dua kolam halaman depan, konon air didalam dua kolam tersebut dipercayai bisa menyembuhkan segala macam penyakit dengan cara diminum dan mandi.

Nah, itu sedikit cerita dari bapak suadi mengenai langgar sapit ini, mungkin selanjutnya admin bakalan menemui pemangku adat setempat untuk menanyakan lebih detail tentang bangunan bekas masjid wetu telu ini.






Untuk akses menuju sapit ini sangat gampang apabila anda sering berkunjung ke suela, lurus saja ke utara (arah sembalun) dan nanti sebelum gerbang TNGR ada pertigaan, ambil kanan dan disitulah desa sapit. Sekitar 500m dari pusat desa dengan terus mengikuti jalan, dan nanti anda mendapatkan pertigaan yang ke2, nah disitulah letak langgar sapit yang tidak jauh dari masjid kampong. Atau anda yang ingin menginap di sapit, warga menyediakan dua buah homestay, iya karena memang sapit ini termasuk desa wisata Lombok timur.