Minggu 17 juni 2012, kabarlotim gerilya ke tempat berbeda,
kali ini admin mengunjungi bekas masjid Wetu Telu yg berada di Lombok Timur,
tepatnya di montong kemong, sapit, suela Lombok timur. dulunya bekas masjid
wetu telu, sekarang namanya diubah menjadi Langgar Sapit. Bangunan khas sasak
ini berdiri ditengah-tengah pemukiman warga. Bangunan zaman dahulu yang
tergolong semi megah ini masih terjaga kelestariannya oleh masyarakat, hanya
saja ritual adat yang sudah mulai berkurang.
Sebagaimana kita ketahui masjid wetu telu yg berdiri megah
cuma ada di Bayan, Lombok Utara dan juga kita masih minim pengetahuan mengenai
dimana letak masjid wetu telu yang masih berdiri di Lombok. Nah inilah yang
menjadi alasan admin mengunjungi Langgar Sapit ini, yang sebelumnya mendapat
cerita dari seorang warga disana. Mungkin tidak banyak yang tahu tentang
keberadaan Langgar Sapit ini, terutama orang-orang diluar desa Sapit, dan yang
seperti pengetahuan admin bangunan ini belum tercium oleh media.
Bentuk dan karakteristik Langgar Sapit ini persis seperti
rumah adat sasak pada umumnya, hanya saja disematkan sebagai tempat suci oleh
warga setempat sampai sekarang.
Langgar sapit ini dijaga oleh pemangku adat
setempat, yang kebetulan kami tidak bisa menemui beliau untuk diajak berbincang-bincang
tentang masa lalu dan sejarah Langgar sapit ini, impasnya admin juga tidak bisa
masuk ke langgar sapit ini karena memang untuk hari-hari biasa bangunan ini
ditutup untuk umum, kecuali ada izin dari pemangku. Admin hanya menemui mantan
kadus yang pernah memerintah di dusun montong kemong ini, bernama bapak suadi.
Bapak suadi menceritakan sedikit sejarah dan penggunaan
Langgar sapit saat ini. Beliau menceritakan bahwa langgarsapit ini memang benar
dahulunya adalah sebuah masjid wetu telu, yang dimana aliran islam wetu telu
ini adalah islam yang pertama kali dianut oleh masyarakat sasak pada zaman
dahulu kala. Pada saat ini langgar sapit ini sudah banyak beralih fungsi yang
sebagaimana disebutkan oleh bapak suadi, sebagai berikut:
1.
Penggunaan langgar sapit ini hanya berlaku
dihari-hari besar islam, seperti Maulid nabi Muhammad saw. Di waktu fajar,
masyarakat berbondong-bondong membawa Sesajen/pesajen berupa ancak (wadah
makanan yang terbuat dari bamboo dengan ukuran yang besar) berisi nasi dan lauk
pauk untuk disematkan dan didoakan dulu di dalam langgar sapit ini, setelah itu
baru makanan-makanan yg sudah diberi mantra dan doa tersebut dibawa ke masjid
kampong dan dibagikan kepada masyarakat.
2.
Acara ngayu-ayu, penggunaan langgar sapit ini juga
pada saat acara ngayu-ayu atau acara sejenis ritual meminta hujan yang diiringi
dengan music tradisional sasak Gamelan/gendang beleq.
3.
Meminta doa untuk kesuksesan dalam bertani
4.
Ritual adat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit, di dalam langgar sapit, terdapat dua kolam halaman depan, konon air
didalam dua kolam tersebut dipercayai bisa menyembuhkan segala macam penyakit
dengan cara diminum dan mandi.
Nah, itu sedikit cerita dari bapak suadi mengenai langgar
sapit ini, mungkin selanjutnya admin bakalan menemui pemangku adat setempat
untuk menanyakan lebih detail tentang bangunan bekas masjid wetu telu ini.
Untuk akses menuju sapit ini sangat gampang apabila anda
sering berkunjung ke suela, lurus saja ke utara (arah sembalun) dan nanti
sebelum gerbang TNGR ada pertigaan, ambil kanan dan disitulah desa sapit.
Sekitar 500m dari pusat desa dengan terus mengikuti jalan, dan nanti anda
mendapatkan pertigaan yang ke2, nah disitulah letak langgar sapit yang tidak
jauh dari masjid kampong. Atau anda yang ingin menginap di sapit, warga
menyediakan dua buah homestay, iya karena memang sapit ini termasuk desa wisata
Lombok timur.